Thursday, September 16, 2010

Masjid Al Akbar Surabaya

Libur lebaran kali ini engga mudik, masih trauma. Tahun lalu perjalanan mudik yang seharusnya ditempuh tiga jam jadi tujuh jam, macet padet dijalan. Entah kenapa, tiba-tiba volume kendaraan dijalanan bisa tumpah ruah sesak.

Setelah nganter istri Salat Ied dan bersilaturahmi ke Mertua. Siangnya kami mampir ke Masjid Al Akbar Surabaya atau lebih dikenal dengan Masjid Agung Surabaya.

Sebenarnya ini tempat ibadah ya, bukan tempat wisata. Tapi karena Masjid Agung termasuk salah satu icon kebanggaan dan banyak orang yang sekedar datang hanya untuk melihat-lihat dalamnya, jadi saya ulas saja singkat :).

Masjid Agung dari depan

Konon Masjid Agung ini adalah Masjid terbesar kedua di Indonesia setelah Masjid Istiqlal di Jakarta. Saya dari dulu memang penasaran pengen lihat dari dekat, seberapa "Wah"nya Masjid Agung ini. Apalagi naik ke puncak menara yang tingginya 99 meter itu.

Dari Kota Surabaya, jalan paling mudah adalah lewat jalan Ahmad Yani arah ke bundaran Waru. Sebelum bundaran ada u-turn ke kanan, putar balik aja. Nanti setelah itu langsung ambil kiri, sebelum Carrefour belok kiri, dah teruusssss aja sampai mentok (masuk jalan pagesangan). Gampang kan?.

Pancuran air

Tembok samping luar

Masjid ini mewah banget, jendela dan pintu yang nian besar terbuat dari kayu yang diukir kecil-kecil. Kubah di dominasi warna biru dengan jendela memutari tepinya. Beberapa pilar ditata sedemikian cantik sehingga menimbulkan pola refleksi yang "nyeni" saat cahaya matahari masuk melalui sela-sela jendela. Begitu pula cutting glass (apa istilahnya ya untuk jendela warna warni?) yang apik menghiasi dinding atas.


Bagian samping (jendela)


Kubah bagian dalam

Dalam Masjid agung (samping)


Bagian tengah dilihat dari atas

Untuk naik ke menara dikenakan karcis Rp. 3000,- rupiah dengan waktu kurang lebih 15 menit. Engga usah takut capek, karena naiknya pakai Lift mini yang bisa nampung beban 550Kg Max :D.

Tiket wisata menara

Menara

Dari atas Menara jika cuaca cerah kita bisa melihat jembatan SuraMadu dan pulau Madura, namun karena kemampuan kamera poket saya yang terbatas dalam mengabadikan gambar jadi tidak ada dokumentasinya buat oleh-oleh.

Untuk yang merayakan Idul Fitri, Petawisata mengucapkan Minal 'Aidin wal Faizin.

Salam wisata dari Kota Surabaya.

Sunday, July 11, 2010

Ke Pinang (Penang) tuk hilangkan pening

Tidak berlebihan bila Pulau Penang (baca inggris: pi-naeng; malay:pinang) memilih tagline untuk brosur pariwisatanya "Penang has it all".

Aman, nyaman dan enak di kantong adalah alasan utama saya memilih Penang dibanding Kuala Lumpur. Kala itu, Novembver 2009, dua tujuan ini memiliki tarif tiket pesawat budget airlines yang sama.

Mendarat di bandara

Setelah melewati hujan ringan, dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam dari Singapura, maka pemandangan bukit-bukit kecil nan hijau menyambut saya.
Bandara Internasional Penang memiliki 2 lantai, sayapun harus menanyakan pada petugas untuk mencari pintu keluar ke kota. Karena tujuan saya adalah penginapan yang berada di George Town, maka saya menanyakan nomor bus dan tempat menunggunya.

Brosur-brosur tentang Penangpun dapat dengan mudah ditemui. Ada 3-4 macam brosur berbeda, namun hampir semua dilengkapi peta pulau Penang.

Macam-macam brosur yang bisa didapat di airport

Penginapan

Dari airport ke terminal Komtar di Geroge Town dibutuhkan waktu kurang lebih 45 menit. Dari terminal Komtar saya memutuskan mencarter taksi menuju tempat menginap saya, 10 RM tanpa argo. Sebelum berangkat saya memesan penginapan di YMCA melalui telepon, karena seorang teman perempuan menginap di sana ketika berpergian seorang diri. Hostel ini cukup bagus, kamar yg paling murah memiliki 2 single bed, AC, TV, air panas, telepon, sarapan. Namun petugas resepsionis yang saya temui tidak semuanya mengerti seluk beluk pariwisata di Penang. Dan lagi sebenarnya lokasinya tidak terlalu strategis, agak jauh ke terminal Komtar, jauh dari tempat makanan (hawker center), mini market dan yang terutama jalan di depannya one way, sehingga dibutuhkan jalan memutar jika kita hendak ke Komtar, atau jalan kaki 5 menit ke halte terdekat menuju Komtar.

Sistem Transportasi

Sekilas pandang, transportasi yang ada hanya bus (besar) dan taksi. Dan inilah yang membuat Penang terlihat bersih dan rapi. Hampir semua lokasi dapat dicapai dengan bus, hanya saja waktu tunggunya cukup lama. Mayoritas bus dikelola oleh Rapid Share. Armadanya baru dan bersih, AC nyapun dingin.

Ketika saya sedang menunggu bus di airport ke terminal Komtar, ibu petugas yang melihat dengan jelas bahwa saya seorang turis, menawarkan tourist passport seharga 20 RM yang berlaku untuk seminggu. Tourist Passport adalah pass untuk bus-bus di pulau Penang.

Tarif bus di Penang bervariasi sesuai jauh dekatnya. Karena masih bersistem manual (memasukkan uang dan koin) kita harus menanyakan dahulu tujuan akhir kita baru bus captain dapat memberi tahu jumlah tarif yang harus kita bayar. Harap diperhatikan, bus captain sama sekali tidak menyediakan uang kembalian. Untuk alasan ini lah saya memilih membeli tourist passport tadi walaupun cuma berada di Penang efektif 2 hari . Tapi dengan tingkat mobilitas saya sebagai turis, sehari saya butuh 5-6 RM dan saya tak kuatir menentukan di mana saya tepatnya harus turun plus menyediakan uang receh.
Tourist Passport

Rute bus Rapid Share di balik Tourist Pass

Semua bus menuju ke terminal Komtar. Yang mirip dengan terminal blok M, namun lebih kecil. Lucunya bus-bus Rapid Share tadi hanya berhenti ketika ada penumpang turun atau naik. Mereka tidak menunggu lama, sama sekali tidak. Dan jengkelnya, mereka masuk terminal tidak sesuai line. Jadi harus jeli mengamati bus-bus nomor berapa saja yang datang.

Bus-bus tujuan tertentu memerlukan waktu lama untuk sampai ke Komtar, seperti bus ke airport (walaupun ada 2-3 bus menuju airport), ke Penang Hill (saya memerlukan hampir 2 jam menunggu sampai penumpang2 ke arah sana membentuk 1 grup kecil sendiri).

Makanan

Saya tidak aktif mencicipi makanan Penang yang terkenal enak itu. Hanya mencoba Laksa Penang di Gurney Drive (terkenal dengan jejeran hawker center-nya, dengan harga turis pula), yang memang jauh berbeda dari Laksa Singapura, rojak, dry hor fun (yang adalah hor fun siram , bukan dry beneran) dan soto mee hon di sebuah warung.
Rata-rata makanan di luar mall sektar 2-5 RM. Saya pernah mencicipi soto bihun di warong pinggir jalan seharga 2,5 RM. Tapi jangan bilang di mall, sama mahalnya dengan di mall Singapura. Dan lagi, mall tutup sekitar pukul 9, suatu ketika saya kehabisan tempat untuk mencari makanan. Ada McDonald tapi saya mencoba masuk ke restaurant noodle saja.
Dry Hor Fun, with Bee Hoon inside
Gurney Drive Hawker Center

Tempat-tempat Menarik

- hutan
Hari pertama saya memutuskan menuju tempat paling ujung yang ingin dan bisa saya jangkau dengan mempertimbangkan waktu yang saya miliki. (Saya tidak menjangkau kampung nelayan, takut tersesat dan memakan banyak waktu). Setelah melalui perjalanan dengan bus selama kurang lebih 1 jam sampailah saya di Penang National Park. Taman nasionalnya telah buka tapi "cannopy walk" nya belum. Maka saya memutuskan untuk menunggu 30 menit. Perlu membayar 5 RM utk wahana cannopy walk tadi. Cukup murah bukan. And not bad at all :)

Peta Penang National Park di brosur

Setelah sedikit berkonsultasi dengan petugas kantor pengunjung,tujuan saya berikutnya adalah jalan melalui hutan menuju Pantai Kerachut. Tapi saya harus memutar sedikit karena pemberhentian pertama saya adalah cannopy walk sebelum ke pantai Kerachut.

Berseberangan dengan kantor pengunjung, di dalam area National Park, terdapat outlet penjual suvenir, minuman. Ternyata outlet satu2nya ini menyediakan jasa utama sebagai guide resmi untuk hiking dan kegiatan di dalam taman. Namun bukan berarti kita tidak bisa berjalan sendiri menjelajahi hutan seperti saya. Mereka juga menyediakan jasa tur ke pulau2 tetangga seperti diving ke Tioman dan ke Langkawi, yang hanya 1 jam dengan boat dari Penang. Pasangan dari Belanda yang sedang menunggu kapal boat mereka menawarkan saya untuk bergabung bersama. Tujuan akhirnya sama: pantai Kerachut. Tapi saya lebih ingin melihat hutan di dalam, tidak melulu pantai.

Track dimulai dengan jalan setapak menyisir pantai, baru masuk ke dalam kerimbunan hutan.Di dalam hutan luar biasa indah dan menyenangkan.
Teduh dengan kicauan burung dan aliran air yang menyejukkan. Ada juga tersedia camping ground yang bersih dan rapi. Beruntung saya tak perlu melihat atau menemui ular dan hewan melata lainnya.
cannopy walk
- pantai
Penang memiliki beberapa pesisir pantai yang indah, namun tidak ideal untuk snorkling dan diving. Dalam perjalanan ke National Park sendiri, saya melewati pantai Batu Ferringhi yang terkenal, dengan resort2 dan hotel2 mahal, yang pernah dihantam Tsunami th 2004 silam.

Setelah sekitar 1 jam berjalan di dalam hutan Penang National Park, sampailah saya di pantai Kerachut, again melewati jembatan yang menghubungkan hutan dan pantai. Dan di bawah jembatan adalah tasik (danau) Unik. Dibilang unik karena itu adalah meromictic lake dan satu2nya di Asia. Saya baru melihat airnya ketika hendak kembali masuk ke hutan.

sekilas info tasik Unik

tasik Unik ketika dipenuhi air

pantai Kerachut

Pantai Kerachut memiliki pasir putih yang besar-besar dan kasar. Di sekitar pantai ada tanda lintasan penyu, kalau kita tahu timingnya (yg disebutkan di brosur) maka kita bisa melihat penyu bertelur dan anak2nya menuju laut. Taman Nasional ini sangat berfungsi bagi alam rupanya. Tak jarang saya melihat burung Langkawi atau elang coklat ketika beristirahat di pinggir pantai Kerachut tadi.

Dalam perjalanan kembali ke Komtar, saya mengurungkan niat untuk mampir sekedar duduk2 di pantai Batu Ferringhi, selain matahari makin terik plus kaki saya sudah capek abies. Jadi saya menikmati panorama Batu Ferringhi dari dalam bus saja. Bagi yang berminat dengan parasut dan permaian banana boat , semua ada di sini.

- kota tua
Bagian dalam George Town adalah termasuk dalam situs Unesco World Heritage. Untuk mengelilinginya sebenarnya telah disediakan free shuttle bus yang berhenti di halte2 tertentu. Berjalan kaki seputar kota tua George Town sendiri cukup mengasyikkan. Mereka punya little India, Chinatown dan banyak dijumpai agen2 travel seperti diving ke tempat2 lain di Malaysia.

jalan Kapitan Keling, George Town


City Hall, George Town

- museum
Ada banyak museum dan tempat bersejarah di Penang dan mereka memiliki waktu buka yang cukup singkat, seperti layaknya museum2 di tempat lain. Jadi saya hanya berhasil mengunjungi Penang Peranakan Mansion dan sangat amat tidak menyesal menjatuhkan pilihan pertama ke sana. Mansion peranakan terkenal yang lain adalah Blue Mansion atau Cheong Fatt Tze Mansion (susah sekali ya namanya), tapi karena waktu saya harus memilih salah satu. Menurut info, Blue Mansion selain tarif masuk lebih mahal, dilarang memfoto di dalam, apalagi memegang. Ketika saya mengecek di website mereka, sebenarnya dilarang untuk berfoto atau memegang, tapi kenyataanya kami semua bebas, asal tidak vandalis.

Saya bertemu ibu-ibu(not tat old anyway) museum guide yang cukup menyenangkan, dan saya baru menyadari mereka tidak berbahasa mandarin sama sekali! Inggrispun pas-pas an untuk beberapa guide.

Menurut ibu guide yang fasih berbahasa Inggris ini, Museum Peranakan ini memiliki koleksi paling lengkap, hal itupun diakui pihak Museum Peranakan of Singapore yang sering melakukan studi ke sana.


Penang Peranakan Mansion di jalan Labuhan Gereja, George Town



- handicraft dan batik
Sayang saya belum berhasil menemukan dan mengunjunginya. Bahkan di mall internasional seperti Gurney Drive Mall, tak terlihat produk handicraft. Saya menemuinya di airport, tapi jangan tanya harganya.
Yang paling saya suka adalah pembatas buku dekoratif Peranakan dari Arch, seharga @ 7.9 RM.


Arch souvenir shop at the airport

Garis Besar Jadwal saya:

- hari pertama:
- Penang National Park : cannopy walk, pantai Kerachut, Tasik Unik

- Penang Bridge

- hari kedua:
- Penang Hill
- George Town - gedung2 bersejarah & Penang Peranakan Mansion
- Gurney Drive Hawker Center


tips:
- tidak semua orang berbahasa inggris, termasuk sopir bus, jadi harap bersabar
- sediakan uang receh secukupnya untuk bus, karena mereka tidak memberikan kembalian kecuali rekan membeli tourist passport di airport
- Jangan lupa botol minum dan snack, karena tidak selamanya dijumpai warong atau minimarket
- sunblock is a must

*Images under copyrights of Yenny

Wednesday, March 10, 2010

Pantai Geger, Nusa Dua, Bali

Bosan nggak sih kalau berlibur ke Bali perginya ke tempat yang itu-itu aja? Kalau saya amati, banyak dari rekan traveler atau holidayer domestik yang berkunjung ke tempat-tempat terlalu populer seperti pantai Kuta, kalau clubbing pasti ke Double Six, kalau mau makan di tempat high-end selalu di Ku Deta, kalau mau ngadem pasti ke Ubud. Padahal masih banyak tempat-tempat senada yang nggak kalah menariknya dari overcrowded places tersebut.

Pantai Geger salah satunya. Pantai ini terletak di selatan Bali, tepatnya di daerah Nusa Dua. Tempatnya agak tersembunyi, tapi tenang dan pemandangan tidak kalah indah dengan pantai-pantai yang sudah kita kenal di Bali. Sekarang ini sih Pantai Geger sudah mulai dirambati dan diketahui oleh turis-turis, tapi masih belum segawat Kuta.

Sekilas mengenai situasi di Pantai Geger:



Pantai ini merupakan pantai sunrise. Jadi kalau memang rekan nggak bisa bangun pagi, jangan berharap-harap lihat sunset yaa. Tapi walaupun minus sunset, pasirnya yang putih dan airnya yang tenang menarik para wisatawan, terutama yang berkeluarga, untuk bersantai disini. Anak-anak bisa bermain di laut dengan aman.

Tidak hanya yang berkeluarga, para surfers pun sering ke Geger karena jauh di tengah lautan, ombaknya sangat bagus untuk surfing. Mereka harus naik boat dulu untuk ke tengah.

Geger adalah salah satu tempat di Bali dimana ada kebun seaweed (rumput laut) yang ditumbuhkan oleh masyarakat lokal sekitar. Kebun ini tidak memenuhi seluruh pantai, tapi luasnya cukup untuk menimbulkan bau-bauan khas rumput laut.

Proses pengeringan (penjemuran) rumput laut yang baru dipanen.


Seperti pantai-pantai komersil lainnya di Bali, banyak tukang pijat dan penjual makanan kecil yang akan menawarkan barang dagangannya kepada kita. Tapi untungnya mereka tidak semenjengkelkan yang ada di Kuta. Dan sebenarnya lumayan juga sih ada mereka. Karena dalam segi keteradaan makanan, Geger ini masih terbatas. Ada beberapa resto di pinggir pantai, tapi harga2nya pada umumnya mahal. Seperti seafood kebab di bawah ini yang dijual di Nusa Dua Beach Grill kalau nggak salah harganya Rp 95 ribu per porsi. Jadi kalau rekan-rekan adalah budget traveler, ada baiknya bawa aqua sendiri dan snack2 kecil.

Images under copyrights of Carla Ardian Photography.

Saturday, February 13, 2010

My Last Semeru Hike

18-19 September 2009

Malam itu sekitar jam 20.00 kita bertiga (Redi, Ronald dan Bernardus) berangkat dari Surabaya menuju Tretes (Prigen) kita mempunyai planning melakukan pendakian Arjuno Welirang (setelah planning ke Gunung Rinjani, Lombok gagal karena jalur pendakian di tutup, status siaga). Setelah sekitar pukul 22.00 kita sampai di pos pelaporan alhasil kita tidak di ijinkan mendaki karena adanya kebakaran di Puncak Arjuno yang merembet ke Gunung Welirang. Kami bertiga bingung memutuskan untuk ke Gunung Semeru, Gunung Lawu atau Pulau Sempu, karena persiapan camp kita sudah komplit.

Akhirnya kita memutuskan untuk mendaki Puncak Mahameru lagi, jam 24.00 kita sampai di Kota Malang tujuan kita mencari penitipan mobil di salah satu teman kita di Malang, namun sudah terlalu malam kita memutuskan untuk bermalam dalam mobil. Pukul 05.00 kita sampai di rumah Yudi dengan sambutan gong-gongan anjing miliknya. Setelah perapian kembali Backpack kita, saling menyeimbangkan beban tas kita masing-masing kita berangkat ke Daerah Tumpang.

Sesampai disana pukul 08.00 kabar buruk lagi yang kita terima, jalur Ranger (4x4 Toyota Land Cruiser) ataupun truk sayur di tutup karena ada perbaikan jalan. Akhirnya kita mendapat informasi ada tim mahasiswa dari tempat kuliah kita dulu juga berada di Tumpang menunggu pembukaan akses jalan, kita bergabung dengan tim mereka yang berjumlah 9 orang. Terdampar lha kita semua di rumah sopir truk sayur di dalam pasar tradisional tumpang selama 8 jam.

Terdampar di rumah sopir truk sayur

Sekitar pukul 16.00 kita mulai mengangkut backpack kedalam truk sayur bak terbuka. Selama perjalanan kita beristirahat di dalam bak truk tersebut, sekitar 1,5 jam atau ¾ dari perjalan kita ke Ranu Pani kita di suguhkan pemandangan sunset yang luar biasa.

Best sunset we ever seen

Pukul 18.20 kita sampai di pos lapor pendakian Gunung Semeru, kita bermalam di pondokan yang memang disediakan untuk beristirahat. Di pondokan yang ditunggui sebuah keluarga tersebut kita dapat memesan makanan (sop kentang) dan minuman hangat (kopi dan teh).

20 September 2009

Pagi hari kita disudah disambut hawa dingin Ranu Pani yang membekukan tangan dan kaki kita, sebelum melakukan pendakian kita sengaja berjalan-jalan di bagian belakang pondokan disana ada 2 buah Ranu (Arti Ranu adalah danau setahu saya,he3x). Ranu Pani adalah yang cukup dekat dengan pondokan, air disini sudah kotor di bandingkan dengan Ranu Regulo yang terletak lebih dalam, sekitar 10 menit perjalanan.


Ranu Pani

Ranu Regulo

Dimulai pukul 09.00 kita mulai pendakian kita, pendakian kali ini berbeda dimana kita menemukan hal-hal baru antara lain berdirinya 4 pos peristirahan yang terserbar selama perjalanan ke Ranu Kumbolo, di pos yang berukuran 4 x 4 meter tersebut kita dapat melepas dahaga dan lelah sejenak, bahkan di mungkinkan membuka tenda di dalam pos. Jarak antar pos kemungkinan sekitar 1-1.5 jam perjalanan, namun sayang semua pos tidak sempat kami abadikan.

Jalan aspal menuju pintu masuk pendakian


Pos 1

Pos 2

Berikut letak pos yang sempat kita ingat, pos 1 dekat dengan ujung jalan paving. Pos 2 dekat dengan tanjakan maut (apa tuh namanya, tanjakan yang ga uenak pol), pos 3 setelah jembatan merah atau daerah Watu Rejeng dan pos 4 letaknya 40 menit sebelum Ranu Kumbolo.

Jembatan Merah yang masih kokoh (ternyata pondasinya beton cor,he3x)

Jam 02.30 kita sampai di Ranu Kumbolo (2400m DPL), kita bertiga lebih lambat dari tim Pandala yang sudah sampai duluan di Kumbolo, karena faktor sarapan pagi. Kita bertiga agaknya malas mengisi perut ketika awal berangkat dari Ranu Pani. Di Ranu Kumbolo kita juga menemui hal baru. Pos yang rusak akibat vandalisme para pendaki yang tidak care, sekarang mempunyai teman yaitu pondokan 4 kamar yang baru, lengkap dengan Kamar Kecil, namun tidak dilengkapi saluran MCK yang baik, sehingga kotoran-kotoran para Highlander tidak tersalurkan dengan baik dan membuat Kamar Kecil tersebut sangat kotor. Kamar cukup besar bisa menampung sekitar 8 orang. Kami memutuskan bermalam di sini untuk menikmati bekunya Ranu Kumbolo.

Ranu Kumbolo tampak atas

Plang sambutan Ranu Kumbolo dengan background pondokan baru dan tanjakan cinta

Ranu Kumbolo

21 September 2009

Hawa menggigil membangunkan kita agar bergegas melanjutkan perjalanan kita, pukul 10.11 kita mulai mendaki Tanjakan Cinta yang dapat di tempuh kurang lebih 15 menit, menurut mitos apabila kita berhasil melewati tanjakan cinta tanpa berhenti, pengharapan kita mengenai asmara akan terkabul. Dari puncak Tanjakan Cinta kita akan di suguhkan view padang rumput yang sangat luas yaitu Oro-Oro Ombo, disini kita dapat memilih 2 jalur, jalur pendek dengan turun an yang curam atau jalur menyusuri lereng bukit yang landai dan lebih panjang.

Tanjakan Cinta (jangan hanya di pandang, lebih nikmat di daki)

Oro-Oro Ombo

Setelah melewati Oro-Oro Ombo setelah 1,5 Jam perjalanan kita sampai di Cemara Kandang dimana kita disambut oleh tingginya pohon cemara dan suara burung berkicau. Namun keadaan sangat jauh berbeda dengan pendakian kita tahun 2004 lalu dimana sebagin dari Cemara Kandang hangus terbakar. Dari cerita yang kami korek, kebakaran ini disebabkan oleh halar yang membelah area Cemara Kandang. Dari Cemara Kandang perjalanan kita lanjutkan ke area Jambangan disini kita melalui hutan rimbun yang menjulaikan dahan atau bagian dari pohon sampai ke bawah. Ada juga beberapa pohon semacam eidelwis (maaf tidak berhasil mendapatkan nama pohonnya)

Cemara Kandang setelah kebakaran

Unknow tree (mirip eidelwis kan?)

Jambangan

Kurang lebih 1 jam perjalanan sampailah kita di Kalimati dalam belutan kabut tebal. Disini juga ada pondokan baru yang sama dengan yang didirikan di Ranu Kumbolo, pondokan ini adalah pondokan pengganti dari sebelumnya yang hancur karena usia dan terpaan angin. Angin sangat kencang di Kalimati karena posisi nya yang terletak tepat di bawah kaki gunung Semeru. Disini ada sumber aliran air tanah yang menetes di lereng-lereng bebatuan terjal, nama tempat tersebut adalah Sumber Mani yang dapat di tempuh selama 20 menit perjalanan dari Kalimati, jalan ke Sumber Mani juga sudah sangat berbeda dari sebelumnya, banyak pohon tumbang dan tanah bekas longsoran. Air di Sumber Mani adalah air putih paling seger yang pernah saya minum. Air terasa dingin alami, bersih, dan tidak bau bahan kimia.

Hamparan Padang Kalimati

Pondokan di Kalimati

Aliran air di Sumber Mani

Selama perjalanan ke Kalimati kita bertiga juga tertinggal tim Pandala, kita bertiga memutuskan untuk beristirahat menunggu dini hari di Kalimati, namun tim dari Pandala yang usianya lebih muda dan belum pernah mendaki Semeru, agar semangatnya tidak loyo atau kecapaian mereka lanjut dan buka tenda di camp area sebelum Arcopodo. Barang-barang bawaan kita yang kurang lebih 10 Kg, kita tinggal disini dengan cara dimasukkan ke dalam semak-semak, ini sudah menjadi rahasia umum bahwa menyembunyikan barang bawaan di semak-semak. Beruntungnya kami saat mendaki ini tidak bertemu dengan Highlander yang resek. Sehingga setiba dari Puncak Mahameru barang kita tetap aman.

22 September 2009

Alarm kami berbunyi menunjukkan jam 23.00 malam. Diiringi dengan doa kita memulai pendakian kita ke puncak, berbekal Camera Digital, Air putih, Mizone 1 botol, Jaket, Senter, Baterai cadangan, Fisik dan Mental Highlander. Pukul 00.45 kita sampai di Arcopodo. Kita beristirahat sejenak sambil meminum Mizone agar perut kita yang kurang nyaman (konser kentut Semeru) hilang karena efek STMJ (mungkin expired) yang kita teguk ketika makan malam (dini hari) di Kalimati.

Arcopodo

Perjalanan kita sampai Arcopodo dengan mulus, bekunya Arcopdo kita lalui, namun setelah masuk daerah Kelik (nama orang yang meninggal di daerah ini) kami sempat tersesat. Kita menghadapi jalur yang sangat susah bahkan untuk berjalan kita harus berpegangan dengan akar-akar pohon di dinding longsoran, jalan setapak ini sudah bukan jalan menurut saya, ukuran yang cuman 20 cm dan miring ke arah jurang sudah sangat tidak layak untuk di lewati ini akibat dari longsor yang terjadi. Banyak jalur putus dan pohon tumbang di areal ini namun mental kita masih ada sehingga meskipun tersesat kami masih mencoba mencari jalan yang bisa dilewati. Sayang jalan – jalan setapak ini tidak sempat kami abadikan, karena kita sudah cukup gelisah melihat jalan ini.

Pukul 02.50 kita sudah melewati di Cemara Tunggal, Cemara Tunggal adalah satu-satunya cemara atau cemara terakhir yang menjadi tanda bahwa kita sudah di lereng bebatuan dan pasir Puncak Mahameru. Namun Cemara Tunggal ini menurut saya mungkin 5 tahun kedepan sudah tidak ada, karena kondisi fisiknya yang sudah condong untuk roboh akibat longsoran, sehingga nama Cemara Tunggal akan punah dan di ganti “Cemara Tumbang”, he3x.

Cemara Tunggal (lihat backgroundnya > 45°)

Tanjakan curam yang lebih dari 45 derajat serasa menghukum kaki kami agar melangkah lebih panjang dan lebih cepat ketimbang kita yang jatuh longsor kebawah. Disini mental kami sudah drop, karena masing – masing dari kita memiliki masalah. Wisnu, mata kakinya sakit sejak sebelum pos terakhir di Ranu Kumbolo. Redi, menggunakan sandal gunung, karena awalnya kita tidak menyangka akan mendaki Semeru, awal planning kita berangkat dari Surabaya adalah mendaki Arjuno Welirang yang tidak sekejam Semeru.

Pukul 06.57 kita berdua, saya dan Ronald berhasil menggapai puncak Mahameru. Dengan cara saling menarik dengan menggunakan tali pramuka. Jadi satu jalan mendahului kemudian menarik yang di bawah, begitu seterusnya gentian. Setelah sampai kita berfoto-foto ria agar sepadan dengan apa yang sudah kita kerahkan untuk menggapai Puncak Semeru ini.

Puncak Semeru, Mahameru, 3676 MDPL

On the way home

Pukul 07.27 kita mulai melakukan pendakian turun ke arah kalimati guna menggambil barang-barang milik kita. Disini lah mental kita di uji lagi. Karena kita mengakui kita terlalu meremehkan (karena merasa sudah pernah) kita membawa air minum hanya sedikit. Mulai lha kita Dehidrasi dibawah terik matahari. Terik matahari disana cukup hangat namun membakar kulit karena posisi kita lebih dekat dengan matahari ketimbang kita di kota Surabaya. Saya tidak ingat pastinya berapa jam yang kita menghabiskan waktu di jalan sembari berhenti sejenak guna beristirahat karena dehidrasi. Dehidrasi ini baru pertama kita alami, rasane luar biasa kita terasa sangat haus dan ingin terus tidur. Ini bahaya karena jika memang kita sampai ketiduran dan tidak ada yang membangunkan kita maka selesai sudah perjalanan hidup kita. Karena kita akan semakin dehidrasi karena di bawah sinar matahari. Untung lah waktu itu kita bertiga tertidur tidak bersamaan (bergantian) sehingga kita saling membangungkan satu sama lain.

Kurang lebih Pukul 02.41 kita sudah selesai makan siang dan tidur sejenak guna hendak melanjutkan perjalanan ke Ranu Kumbolo. Sekitar pukul 17.13 kita sampai di Ranu Kumbolo, disini kita juga beristirahat sejenak serta mengisi perut dengan mie instant yang sudah di sediakan oleh tim Pandala yang hendak makan malam juga. Mereka berbagi dengan kita yang hanya bertiga dan akan terus melanjutkan perjalanan. Tim Pandala bermalam di Ranu Kumbolo, pukul 19.14 dengan botol yang terisi air pas-pasan juga berangkat dengan target Pos 3. Selama perjalanan menuju pos 3 kita bertemu rekan-rekan pendaki (kurang lebih 70 orang yang terbagi dalam group – group kecil beranggotakan 5-7 orang) mereka kebanyakan dari Bekasi atau Jawa Barat guna menghabiskan waktu liburan mereka di Semeru. Sekitar pukul 23.11 kita berhasil sampai pos 3, cepat kita buka tenda di dalam pos tersebut dan tidur guna mempersiapkan tenaga untuk pulang besok.

23 September 2009

Ya pukul 06.57 kita repack carrier kita masing – masing untuk melanjutkan ke arah Ranu Pane. Sekitar 3 jam perjalanan kita sampai Ranu Pane. Disana tampak sekitar 5 Hardtop yang sedang mangkal, mereka jual mahal untuk membawa kita turun ke Pasar Tumpang dengan alasan kita hanya bertiga sedangkan mereka sudah semalaman menunggu pendaki turun. Namun kita yakinkan mereka bahwa tidak mungkin ada yang turun selain kita. Dengan Rp. 30.000 x 3 orang akhirnya pukul 11.41 kita di angkut karena ada salah satu sopir ada keperluan keluarga. Dan sampailah kita ke Pasar Tumpang sekitar 1,5 Jam perjalanan.

2 meter dari Pos 3 arah Ranu Pane

Ada beberapa saran dari penulis tentang Semeru bagi yang ingin mendaki gunung Semeru:

Jangan pernah anggap remeh Gunung Semeru, maut adalah taruhannya. Gunakan sepatu pendakian yang menutup mata kaki, Bawa stik pendakian ini terbukti ketika di lereng Semeru, kita di salip oleh rombongan Bule yang jauh lebih cepat tanpa longsor. Mereka menjejakkan kakinya dengan mantap di bantu dengan stik di kedua tangan mereka. Lebih baik sisa dari pada kurang ini istilah paling cocok untuk persediaan air. Ini terbukti juga ketika kita dehidrasi.

Jangan Ambil Apapun Kecuali Foto, Jangan Tinggalkan Apapun Kecuali Jejak Langkah, Selamat Mendaki.