Tuesday, November 29, 2005

Canopy Bridge - Bukit Bangkirai

Bukit Bangkirai terletak di Kecamatan Samboja, dari Surabaya perjalanan dapat di tempuh lewat Udara ke Balikpapan kemudian dari Bandar Udara Sepinggan perjalanan lanjut dengan ojek atau taxi argo (disono julukan bemo sama aja dengan taxi, kalo taxi namanya taxi argo) ke terminal Bus. Dari terminal Bus naik ke jurusan Samarinda, trus bilang aja ke sopirnya 'Ke Samboja Pak, KM 38', begitu sampai di Samboja langsung aja carter ojek untuk menuju ke kawasan bukit bangkirai, waktu itu (Nop 2005) kami dapet harga 60rb pulang pergi, untuk sebuah perjalanan yang dapat di tempuh sekitar 30 menit, perjalanan berbukit-bukit dengan pemandangan kiri-kanan hutan liar yang cukup lebat. Harga itu bisa lebih murah lagi kalo pinter nawar, mengingat sopir-sopir objek disono ternyata bukan sumber penghasilan utama, alias kegiatan sampingan dari pada 'nganggur'. Buset, waktu omong2 ternyata mereka mempunyai tanah kosong berhektar-hektar untuk menimbun Batu Bara.. Sompret.

Di Kawasan Bukit Bangkirai ada beberapa tempat Wisata antara lain Anggrek alam yang menempel di pohon-pohon, namun sayang saat itu kami kesasar di jalan sehingga engga menemukan lokasi anggrek alam itu yang notabene disana terkenal dengan anggrek hitamnya. Disamping itu kawasan wisata yang cukup menarik adalah Canopy Bridge.


ini pemandangan Canopy Bridge dari bawah, ketinggiannnya sekitar 20-30 meter ditopang oleh sebuah Pohon Bangkirai dengan diameter 3 orang dewasa bergandengan tangan melingkar, gedhe banget kan ?! Konon Pohon ini sudah berumur sekitar 150 tahunan dengan ketinggian total mencapai 50 meter.


Jembatan gantung yang menghubungkan satu pohon ke pohon lainnya dengan panjang total 64 meter, cukup menguji nyali juga saat menyeberang, jembatan bisa goyang-goyang tertiup angin saat kita berdiri di tengah. Jembatan ini ditopang oleh 2 tali baja di sbelah kanan-kirinya, satu untuk pegangan, satu lagi tempat berpijak yang disandari kayu-kayu, hati-hati aja kalau melangkah, jangan sampai nginjek kayu yang udah lapuk :P


Pemandangan dari atas Pohon, sejauh mata memandang hanya Hutan alam tropika basah seluas 1.500 hektare, benar-benar sebuah paru-paru dunia yang harus dilestarikan. Suara burung-burung yang masih alami, suara angin... keindahan alam yang menakjubkan.

Tips :

- Bawa Jas Hujan
- Bawa tripod untuk yg suka hunting, mestinya banyak gbr yg musti di upload cuma sayang blur :( goyang semua karena pencahayaan gak nutut (mendung).
- Dikawasan tsb di sewakan pondok2 yang lengkap dengan AC dll, sangat layak huni deh pokoknya, pondok rumah panggung dari kayu.
- Dari Balikpapan bawa duit Rp. 150rb udah lebih dari cukup untuk ke kawasan ini, tiket masuk kawasan Rp. 2.000,- Tiket Masuk Canopy Bridge Rp. 15.000,- Bus Sekitar 15.000,- Sewa Ojek Rp. 60.000,- Makan Siang Rp. 13.000,-
- Standar Hidup di Balikpapan cukup tinggi dibandingkan Surabaya, jika mau berlama2 disana siap-siap aja budget 3x untuk hidup layak di Surabaya :)

note : Thanks to Mariza yang mau bersusah payah dari Banjarmasin ke Samarinda dengan menempuh perjalanan Total 36 Jam P-P !!! untuk bersama melihat kawasan Bukit Bangkirai. Sungguh pengalaman nyasar kita yang sangat jauh dan mbulet takkan terlupakan hehehe.

Monday, October 10, 2005

Bandung dan sekitarnya

Jalan2 kali ini lumayan lama,mengingat lokasi target kita jauh. Demikian sekilas ulasan perjalanan dari tanggal 29 Sept - 5 Okt 2005. Semoga nga kepanjangan.... :p

Day 1 (Hutan Raya IR.H.Djuanda,Sapu Lidi Resto, Vihara Vipassana,Tangkuban Perahu, Pemandian air panas Ciater, The Peak,The Valley)

Kami tiba sekitar pukul 00.30 di Cengkareng, langsung menuju ke Bandung dengan menggunakan jasa Saptadji Travel melewati tol baru Cipularang yang hanya memakan waktu 2 jam.
Jam 09.00 kami telah dijemput di hotel Bukit Dago ( dago atas) oleh Om Erwin bersama Xenia-nya( seorang freelancer rent car , sekaligus guide kami selama perjalanan ini)

Hari ini tujuan kami adalah Bandung Utara. Tujuan pertama adalah Hutan Raya IR. H. Djuanda. Letaknya tidak terlalu jauh,yakni di daerah dago atas. Sesampai sana kami membayar dulu tiket masuk seharga Rp 3000,-/person dan Rp 5000,- untuk si Xenia.
Di dalam hutan raya itu ada Curug Ciomas, Goa Belanda, dan Goa Jepang. Kami hanya mengunjungi Goa Jepang yang pernah dijadikan lokasi siaran TV, uji nyali. Bisa kami lihat tempat persembunyian mereka di jaman perang dahulu kala. Ada beberapa pintu masuk dan jendela juga,pintu masuk utamanya bisa dilalui kendaraan. Kami dipandu oleh orang lokal sana yang kami beri tip sekedarnya,dan juga sewa senter seharga Rp 3000,-/ senter.

Selepas itu kami menuju ke daerah Lembang,kami makan dulu di Sapu Lidi yang membawa suasana makan di tengah sawah. Suasananya tenang,sejuk dan nyaman. Dengan sajian khas Sunda maka lengkaplah sudah kenikmatan makan siang kami.

Keluar dari resto itu kami melihat sebuah bangunan unik yang ternyata sebuah Vihara yang cukup besar bernama Vipassana Graha. Menurut desas desus sih katanya terbesar di Asia Tenggara ?


Ok, ternyata si awan gelap datang berkunjung. Kami segera berangkat menuju tempat tujuan berikutnya yaitu kawah Tangkuban Perahu (yang mempunyai kaitan dengan cerita rakyat Sangkuriang). Namun ternyata hujan deras menyambut kami di sana, tidak terlalu jelas berapa tiket yang harus kami bayar,tapi kami mengeluarkan Rp 50.000,- untuk ber-7. Beruntung mobil dapat diparkir langsung di pinggir kawah, jadi kami menunggu beberapa saat dan kemudian sang hujan bermurah hati untuk berhenti sejenak. Yah, hanya sejenak saja karena akhirnya kami diguyur hujan lagi....dingin....


Sehabis kedinginan Om Erwin membawa kami ke pemandian air panas di Ciater, nama pemandiannya Sari Arter. Biaya masuk pemandian itu adalah Rp 20.000,- /person.Disana ada 3 kolam,2 kolam pertama hanya untuk yang berpakaian renang lalu 1 kolam dibawah untuk yang berpakaian masih lengkap misalnya pakai celana and kaos. 2 kolam pertama mendapat pengawasan lifeguard. Selain ke 3 kolam itu masih ada kolam2 private. Thanks to Om Erwin yang ternyata member disana,kami semua masuk gratis :) .

Kedinginan sudah, kepanasan sudah akhirnya waktunya makannnn.Kami kembali mampir dulu di the Peak resto yang lokasinya sangat strategis seperti namanya.Letaknya di dataran paling tinggi diantara Lembang dan Bandung. Sehabis mengambil bbrp foto disana(karena kami dalam rangka penghematan,kami tidak masuk ke resto yang terbilang cukup mahal itu) kami menuju the Valley yang berada di jurusan dago atas. The Valley juga cukup berkelas,suasananya romantis dan lagi lagi sejuk.Mata kami dihibur dengan pemandangan lampu2 kota Bandung sembari menikmati makanan bertema western di tempat terbuka.

Day 2 (Kawah Putih Ciwidey, Situ Patengan)

Hari ini kami menuju ke Bandung Selatan dan kembali Om Erwin dan Xenianya yang mengantar kami. Pertama - tama kami menuju ke Kawah Putih Ciwidey.Perjalanan kami tempuh sekitar 2 jam melalui jalan tikus,bukan melalui Kopo(takut macet).Rutenya Tol Pasteur,Baros,Raya Sugepan Ciwidey, Desa Sukajadi, Desa Pasir Jambu, Ciwidey, Desa Panundaan - Raya Patengan. Di sepanjang jalan menuju kawah banyak sekali perkebunan strawberry dengan sistem pembelian petik sendiri. Tempat ini banyak digunakan pemotretan model dan juga menjadi salah satu obyek wisata andalan.Kami bayar dulu tiket masuk sejumlah Rp 3.500,-/ person dan Rp 3.000,- untuk si Xenia. Setelah memarkir si Xenia kami melanjutkan ke kawah dengan berjalan kaki,kembali kami disambut oleh penjaja2 strawberry. Setelah berjalan tidak lama di jalan berpaving,sampailah di kawah itu. Tapii....tapiii kenapa warnanya hijau bukan putih??? Haha konon katanya warnanya bisa berubah. Ada peringatan disana agar tidak terlalu ke tepian kawah karena ada pasir hidup.

Cukup lama kami disana dan akhirnya rintik hujan kembali datang. Kami segera menuju Situ Patengan. Kedua tempat ini tidak terpaut jauh, hanya sekitar 1 jam perjalanan lagi. Jalanan menuju Telaga Patengan ini sangatlah indah karena mata kita dihibur dengan tata letak kebun teh yang bagus dan hijaunya yang menyegarkan.


Tak lama kami memasuki desa Patengan dan di haruskan membayar retribusi jalan Rp 1.500,- untuk roda 4.Ada lagi tanda masuk telaga sebesar Rp 1.000,- untuk si Xenia lagi. Kemudian akhirnya sampai di taman wisatanya Rp 2.500,- untuk Xenia dan Rp 1000,-/person. Di sepanjang jalan masuk menuju telaga,banyak sekali para pedagang,ada pedagang baju,topi,makanan,souvenir,pernak-pernik monel,senjata,dsb. Setelah mengisi perut ala kadarnya sambil menunggu redanya hujan, kami menuju telaga yang tak jauh letaknya dan mulai menikmati suasananya. Di sana ada beberapa perahu (max 15 orang)yg menawarkan perjalanan singkat seharga 60ribu/perahu atau 80 ribu untuk yang jauh dan berhenti di batu Cinta(berlatar belakang cerita rakyat). Itu adalah harga borongan perkapal. Biasanya bisa 5000/person tapi menunggu kapal penuh baru berangkat. Harga ini hanya dapat di tawar sedikit saja karena mereka tergabung dalam wadah koperasi.


Hujan kembali mengguyur kami, dan kami memutuskan kembali ke Bandung. Wisata alam sudah kami selesaikan sekarang giliran wisata shopping. Kami menuju daerah pusat perbelanjaan di Bandung yaitu jalan Marthadinata atau dulunya Riau dimana banyak FO berdiri berdampingan.

Day 3 (Wisata Kuliner)

Sebenarnya kami berpencar di dalam kota Bandung hari ini. Teman2 melakukan hunting di Cihampelas dan kemudian kembali ke Riau lagi. Sedangkan saya setelah membeli beberapa baju di Cihampelas melakukan wisata kuliner bersama teman2 lama di Bandung. Pertama kami menuju Cisangkuy,tempat yang terkenal dengan yoghurt nya dan dijadikan tempat nongkrong anak muda juga. Di depan cafe ini ada sebuah taman rindang yang di lindungi dan di sana ada kuda2 yang disewakan untuk ditunggangi.

Setelah ngobrol cukup lama dan terbuai suasana sejuk disana kami menuju jalan Kahyangan dimana ada depot Mie Rica yang cukup ramai juga. Disini kita bisa memilih mau mie asin atau mie manis.Dan leganya bagi orang Jawa Timur seperti diriku dapat mencicipi rasa pedas mie itu.

Day 4 (Karang Nini Beach,Pangandaran Beach)

Jam 6 pagi, badan rasanya tidak mau berpisah dengan tempat tidur tapi akhirnya kami berangkat. Ini juga demi menghindari kemacetan jalan. Seharusnya perjalanan menuju Pangandaran dapat kami tempuh dalam waktu sekitar 6 jam,tapi sebelum itu kami menyempatkan breakfast sekaligus lunch di R.M. Mergo Sari di Raya Ciamis. Dan juga mampir di Karang Nini karena sejalan dengan jalan ke Pangandaran.

Nini dalam bahasa sunda berarti nenek. Maka tempat ini di namakan karena ada karang yang mirip orang tua.Kami harus membayar tiket sebesar Rp 2.500,- / person dan Rp 5.000,- untuk si Xenia. Akhirnya setelah berdingin-dingin di gunung beberapa hari,kami berpanas-panas ke pantai.hahaha.
Sesudah menikmati udara pantai sejenak,kami melanjutkan perjalanan ke tujuan utama kami pantai Pangandaran. Kami tiba sekitar pukul 14.00 WIB,trus cari hotel setelah membayar tiket masuk lokasi Pangandaran sebesar Rp 27.200,- / mobil. Ternyata di Pangandaran kita diapit oleh pantai barat dan pantai timur yang berjarak sekitar 5 menit jalan kaki. Pantai barat lebih ramai,baik oleh kapal nelayan maupun oleh pedagang baju,souvenir dan makanan serta persewaan sepeda.Pantai timur lebih tenang,dengan ombak yang lebih besar. Akhirnya kami memilih hotel Pantai Sri Rahayu (022)2016756 di pantai timur karena hotel ini bersih,ber-fasilitas lengkap,dapat diisi 4 orang,dan juga balkon yang bisa langsung melihat pantai.

Setelah menata barang,kami ke pantai barat untuk bersantai dan menanti sunset serta melihat beberapa orang bermain boogie(ada yg menyewakan),dan beberapa lainnya berenang. Lalu kami juga menyewa sepeda tandem seharga Rp 5.000,- /jam dan sepeda biasa Rp 3.000,-/jam untuk berkeliling seputar pantai itu.Ternyata banyak sekali hotel dan pedagang disitu, lalu ada juga satu blok yang terdiri dari depot2 seafood. Selagi disana makanlah seafood sebanyak - banyaknya karena disana ikannya segar2 dan yang lebih penting lagi, murahhh..Seperti di depot2 di Bandung,kita juga akan mendapat teh tawar hangat secara free.Kami juga melihat beberapa kijang yang berkeliaran, ternyata ada hutan yang dilindungi di sisi lain pantai itu. Malang menjelang,tidak kami kira ternyata angin sangat besar dan dingin di tepi pantai itu.

Suasana di pantai barat saat senja :

Suasana di pantai timur saat pagi hari (dari balkon) :
Day 5 (Taman Wisata Pananjung, Green Canyon)

Keinginan melihat sunrise sambil duduk dibalkon hotel tidaklah terlalu berhasil,karena awan bertebaran di langit pagi. Akhirnya setelah memaksa diri bangun,dipandu Om Erwin kami berjalan masuk ke Taman Wisata Pananjung. Kumpulan monyet2 yang sedang bermain menyambut kami ketika kami menuju Pantai Pasir Putih di dalam hutan itu. Selain pantai itu adapula Cagar alam,Goa Jepang,Goa alam, dan juga pusat kebudayaan Hindu. Sayang kami tidak sempat ke tempat yang lain karena masih harus ke Green Canyon yang berjarak sekitar 45 menit dari Pangandaran.



Belum puas bermain di pantai ini,tapi kami harus segera berangkat ke Green Canyon (Cukang Taneuh). Kami sampai di Green Canyon pukul 14.00. Green Canyon ini bukanya dari pukul 07.30 - 16.00 WIB kecuali hari Jumat, bukanya 13.30 - 16.00. Setelah menyiapkan diri dengan membungkus barang elektronik kami dengan tas kresek /meninggalkannya di mobil,dan membungkus kamera kami dengan plastik wrap(biasanya untuk makanan) maka kami segera berangkat.Disana kita harus membayar sebesar Rp 55.000,- /perahu yang dikendalikan 2 orang dan hanya bisa diisi max. 5 penumpang. Perahu itu juga dilengkapi dengan life jacket. Sayang sekali kami datang di musim yang salah. Arus sangat deras dimusim penghujan sehingga air sungai itu hijau keruh. Bahkan ternyata baru saja ada banjir badang di sana sehingga sungai meluap. Lalu sesampai di batu terakhir dimana kapal tidak bisa lewat lagi, kami juga tidak bisa berenang karena arus dari air terjun didepan sana sangat kuat. Seharusnya di depan sana kita bisa temui air terjun dan gua.


Green Canyon note : Siap berbasah - basah dan datanglah di musim kemarau (Juli - Agustus)

Day 6 (Back to Surabaya)

Akhirnya berakhir sudah perjalanan kali ini,thanks to Awair kami PP Sby - Jkt and Jkt - Sby cuman Rp 215.000,- netto. To Om Erwin yang telah membantu kami menyusun jadwal acara dan membawa kami ke tempat2 tersebut diatas. To Anton yang telah bersedia kami repotin di Bandung.

Wednesday, July 20, 2005

Ranu Kumbolo

Ranu Kumbolo terletak di Jawa Timur, sebuah danau di pegunungan tengger-Semeru dengan ketinggian 2500 meter diatas permukaan air laut. Tanggal 17 Juli 2005 kami (Mariza, Justine, Vannie, Jacky, Ucup, Anton, Valens) berangkat dari Surabaya (terminal Bungurasih) menuju ke Malang (terminal Arjosari), dari terminal Arjosari perjalanan berlanjut ke Tumpang untuk menyewa kendaraan Ranger yang akan mengantar kami ke Ranu Pane, pos terakhir yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Untung saat itu kami bertemu dengan rombongan "Rivaldo" 4 Pemuda dan 1 orang tua dengan peralatan navigasinya yang canggih. Buset, untuk tracking aja mereka membawa GPS (Global Positioning System) untuk track recording tiap 50 meter plus alat untuk sensor suhu, tekanan udara, derajat kemiringan dll. Gila, sedangkan kita cuma mengandalkan pengalaman dan insting aja :).
Pemandangan dari desa Klakah-Ranupane sangat indah, sayang saat Pergi/Pulang keadaan cuaca tidak mendukung alias berkabut sehingga pemandangan terlihat samar-samar dan pula laju kendaraan yang ngebut plus jalan yang tidak rata membuat kami semua tidak dapat membidik panorama yang luar biasa, deretan pegunungan yang menyembul saling mendahului dan hamparan padang pasir yang sangat luas dengan Gunung Bromo ditengahnya seakan membius mata sambil berdecak kagum. Sampai di Ranu Pane kami semua lapor ke Pos Penjagaan setempat untuk mendata diri.


Puncak Semeru dibidik dari Pondok di Ranu Pane

Dari pondok kami berjalan melewati jalan beraspal dan kemudian mulai tracking di nol kilometer, pemandangan dari sini hanya hamparan sawah yang luas berwarna-warni dengan beberapa gubug di tengahnya.


hamparan sawah saat tanjakan pertama dari Pondok

Setelah berjalan selama kurang lebih empat jam melalui lereng-lereng gunung dengan jalan yang lebarnya tak lebih dari 50cm (sebelah kanan dinding gunung dan sebelah kiri jurang yang dalemnya engga bisa dibawayangkan) untung akhirnya kami dihibur oleh pemandangan yang kami nantikan, Danau Kumbolo !!! wahhh akhirnya sampai juga.


Ranu Kumbolo dilihat dari atas

Tiba di danau kira-kira pukul 2 sore, cuaca sudah berkabut dan sangat dingin, tak lama kemudian matahari mulai tenggelam di ufuk barat meninggalkan hangatnya terang berganti dengan kabut dan suhu yang sangat tidak bersahabat. Peralatan pancing pun digulung dan kami semua masak untuk makan malam, menanak nasi, mie rebus plus campuran sosis, pentol, corned beef, telor. Entah apa namanya makanan itu, kami menyebutnya "Bistik Kumbolo" hahaha... itemani dengan hangatnya kopi susu plus nutri gel dan semangka sebagai penutup.


matahari terbenam di Ranu Kumbolo

Malam hari berlangsung sangat singkat, pukul tujuh malam kami semua sudah masuk tenda karena cuaca sangat dingin diluar dengan hembusan tiupan angin yang menambah suasana menjadi beku. Lilin pun dinyalakan dan kami bermain domino di dalam tenda. 30 menit kemudian semua kembali ke tenda masing2, kaki yang capek setelah berjalan 10Km dan punggung yang serasa pegal meminggul bekal seberat kurang lebih 10kg memohon untuk beristirahat sejenak.

Pukul 1/2 5 Vannie & Justine membangunkanku untuk take some picture, badanku menggigil, kaku dan terasa bengkak dan beku, tak bisa merasakan lagi duri-duri semak yang kuinjak, aku naik agak keatas bukit dan berjongkok sendiri menunggu mentari.


matahari terbit di Ranu Kumbolo

Entah berapa suhu pagi itu, telapak kakiku sudah sulit untuk digerakkan, aku terpaksa kembali ke kemah, menghangatkan kaki diatas kompor dan memakai kaus kaki dan sepatu untuk menghangatkan kakiku. Aku berhenti sejnak terheran melihat danau yang mengpulkan asap. Pemandangan yang tak pernah kulihat, air danau mengepulkan asap dinginnya seakan-akan memperingatkan kami untuk tidak berani mencoba mandi didalamnya :P


Danau yang berasap dingin dilihat dari pondok

Aku tak akan melewatkan kesempatan ini, aku berjalan memutar kembali menuruni bukit kearah danau dengan kaki pincang kedinginan aku berjalan cepat agar tak kehilangan moment yang hanya lewat sekejap, entah ada berapa goresan di kakiku karena semak belukar, tak kurasakan terhalang bekunya daging ini.


kabut yang merambat di tepian danau

Sekitar pukul 6 pagi, matahari sudah diatas, aku menoleh kebelakang dan kulihat sinar surya menerangi sebagian tumbuhan di bukit. Tampak sekilas 'track tanjakan cinta'. Dinamakan tanjakan cinta karena konon kepercayaan disana, bagi siapa saja yang dapat naik tanpa berhenti permohonan cintanya akan terkabul.


'tanjakan cinta'

Pukul Tujuh pagi surya telah merubah asap-asap di danau menjadi butiran kilauan mutiara yang indah, kilauan dari pancaran matahari yang berusaha menembus air dan memantul.



Sekitar pukul 10 pagi kami semua beres-beres dan kembali ke Ranu Pane dan kembali ke kota Surabaya tercinta yang hangat dan berdebu.

posted by Valens

Wednesday, June 29, 2005

Bromo Mountain

Weekend ini kami mengunjungi salah satu icon terkenal Jawa Timur yaitu Gunung Bromo.
Kami brangkat dari Surabaya jam 23.00 dan sampai disana jan 02.00 WIB.Jadi kami tidak menyewa hotel or penginapan.Lebih hemat,tapi perlu fisik yang siap.

Area Taman Nasional Bromo ini mencakup 50.273.30 hectare dataran tinggi yang dipenuhi dengan pegunungan dan hutan yang subur. Kawasan taman nasional ini terbagi dalam 4 kabupaten yaitu : Malang,Pasuruan,Probolinggo,Lumajang. Jadi akses masuk bisa di temukan dari 4 kabupaten tersebut.
Letaknya di antara 1000-3676 M diatas permukaan laut (asl = above sea level). Temperature berkisar antara 3 - 20 derajat Celcius.

Mt. Penanjakan
Tempat yang paling banyak dikunjungi salah satunya adalah Mt. Penanjakan (2770 M asl).Dari sini kita akan mendapat pemandangan yang sangat menakjubkan berupa Sea of Sand (Lautan Pasir) dan gunung Bromo,Batok serta Semeru.Biasanya sunrise bisa dinikmati antara pukul 4.30 a.m. - 5.30 a.m.


Sunrise


Penanjakan's View

Penanjakan ini masuk ke wilayah Pasuruan jadi kalo memang mau ke Penanjakan dulu baru ke kawah Gunung Bromo kami anjurkan untuk mengambil rute Pasuruan dibanding rute Probolinggo.Jalannya lebih mulus beraspal.Jadi kalo berani kita juga bisa bawa kendaraan kita naik ke puncak Penanjakan.Alternatif lain,sampai di pintu masuk akan banyak tersedia 4-wheel Jeep Hardtop yang siap mengantar Anda tanpa terbatas waktu.Harga sewanya disama ratakan oleh koperasi yaitu Rp 125.000,- (termasuk ke Penanjakan, Bromo, lalu kembali ke tempat parkir kendaraan kita)

Kalo kita lewat wilayah Probolinggo ongkos sewa yaitu Rp 200.000,-. Sesampai di desa wonotoro,kita parkir mobil kita ganti dengan 4-wheel Jeep.Kalo dari Probolinggo ini sangat tidak disarankan membawa kendaraan sendiri yang bukan 4 wheel,apalagi pada musim kemarau,karena bahaya terperosok di lautan pasir.
Ongkos lain:
- Retribusi Jalan Wisata u/ Jepp : Rp 2.000,-
- Retribusi Jalan Desa : Rp 2.000,-
- Asuransi Kecelakaan : Rp 2.000,- / orang
- Karcis masuk pengunjung : Rp 2.000,- / orang

Mt. Bromo
Selepas menanti sunrise di Penanjakan,kita lanjutkan perjalanan turun ke kaki gunung Bromo.Disana ada juga Pura tempat orang Tengger yang beragama Hindu melakukan upacara keagamaan Kasodo dibulan Oktober.Kita akan diturunkan di dekat pura dan kemudian kita harus berjalan kaki atau menyewa kuda Rp 20.000,- sampai di kaki gunung ini.Setelah sampai dikaki gunung,kita harus melewati sekitar 250 - 300 anak tangga dan sampailah kita di puncaknya. Disini bisa kita lihat pemandangan lautan pasir,pura,Gunung Batok dan kawah dengan bau belerang dari gunung Bromo ini.

Bromo

Way to the top of Bromo

Bromo Stairs

Sea of Sand from Bromo

Tips : Pakailah Jaket yang tahan dingin,sarung tangan, sarung kaki dan penutup kepala
Jika tidak punya,disana banyak sekali penjual dengan harga terjangkau.

Sepulang dari Bromo,jika Anda menuju arah Probolinggo or Surabaya,sempatkanlah untuk mengunjungi Madakaripura Waterfall yang hanya berjarak sekitar 6 km dari Bromo.Segarkanlah diri Anda di sana setelah merasakan serangan panas dan debu di Bromo.

Informasi lain :
Jl. R. INTAN NO. 6
P.O. BOX 54, PHONE. (0341)41828
MALANG - EAST JAVA
INDONESIA

Another Photos : http://www.dolphinrider.fotopic.net

Thursday, June 23, 2005

Pantai Kenjeran

Pantai Kenjeran terletak di sebelah Timur Kota Surabaya, dari pintu masuk Surabaya dapat ditempuh melalui Jalan Waru-Ahmad Yani-Wonokromo-Basuki Rahmat-Pemuda-Dharmahusada(Prof. Dr. Moestopo)-Kalijudan/Mulyosari-Kenjeran. Pantai ini bagus dan airnya jernih (dulu kira-kira 20 tahun yang lalu), Sekarang menjadi keruh karena pendangkalan lumpur dari kali brantas. Tapi toh, masih aja ada yang datang, bukan untuk melihat pantainya, melainkan untuk berbelanja kekayan laut yang beraneka ragam.



Pantai kenjeran pada pukul 04.30 dini hari saat matahari terbit



Kegiatan anak2 kecil di pagi hari



Pantai Kenjeran yang surut (06.00 WIB)

by valens

Lombok Island

Introductory:

Lombok lies in the province of Nusa Tenggara Barat, East Indonesia. It is a small island having mainly three tribal inhabitants, i.e. Sasaknese (native Lombok), Balinese and Javanese. The buildings are not very much different with those in Java, though some look obviously Balinese, with the Pura in the front part of the house. Most people are moslems and a few are Hindu.

To get there and back:
  • by plane. Lombok is pretty accessible if you want to go by airplane. From Surabaya it takes only 45 minutes, with the cost around Rp 300,000 to Rp 400,000. Citilink had a cool promotion when I went there three weeks ago, Rp 200,000 for one way ticket. If you are traveling from Jakarta, you'll have to stop in Juanda airport, Surabaya, so that makes you travel for less than 2 hours (1 hour Jakarta-Surabaya and 45 minutes Surabaya-Mataram)
  • by shuttle bus and ferry. It takes almost forever this way. But if you prefer to visit Bali first, you can always order a one way shuttle bus to Lombok (you have to have a specific destination; usually the choices are Senggigi beach, Gilis, Mataram and Kuta beach). The price ranges from Rp 65,000 (2003) to Rp 120,000, depending on which season you're going. The highest seasons in Lombok are in June - August and December - January. If you can manage to visit whenever but those months, do it! You'll enjoy the island more when it's occupied by less tourists. The shuttle buses, anyway, will go from Denpasar to Padang Bai (the time varies) for about an hour, then you will be guided to the ferry, which will travel for about 4 hours (pray that the wave is friendly, otherwise bring a plastic bag for your puke, but normally it's good), then you'll continue the journey by the shuttle bus.
Places of interest:
  • Senggigi beach.
    It's plain.
    People say it's the most crowded, developed touristy site in Lombok. I guess the developer tried hard enough to make it as "Bali" as possible, but it just doesn't satisfy me. There are some souvenirs vendors in the beach and some sellers are really just as annoying and pushy as those in Kuta Bali. Do your best to avoid them.
    Luckily the sky is always amazing in Lombok, in whatever season you visit there. At least the sunsets in Senggigi are worth watching. Just nearby the accomodations area, there is this temple called Pura Batu Bolong (Hollow Rock Temple), that is pretty nice. You can take a bemo for Rp 1500 to the place, which is 5 minutes ride, or an ojek, or you can go by your own rented motorcycle or car. You need to pay some contributions for entering the temple, in exchange of the yellow selendang that you should wear around your waist and fill in the guests list.
    Accomodation: I stayed at Ray Hotel for Rp 35,000-Rp 40,000 for a fan room, Rp 60,000 for aircon one.


    Batu Bolong temple


    Senggigi Beach

  • Gili Trawangan, Gili Air, Gili Meno
    Yay! These are my most favourite places in Lombok. Gili is the local language for island. And these gili islands are located in the north west of Lombok, around an hour (or half an hour?) ride from Senggigi. If you are from the airport, take a taxi to this place. It costs only Rp 50,000 (May, 2005), while if you stop at Senggigi first, the taxi will charge you Rp 35,000 and when you want to continue your journey to the gilis, you'll have to pay around some stupid Rp 40,000 for renting bemos (of course it's not that stupid if you go with a lot of friends), so that will make Rp 75,000 in total. OR you can go by public bemo, but be assured that you have much time and patience to wait for it. :)
    When you arrive at the Bangsal, you can buy a public boat ticket for crossing the strait to the small islands. Rp 4500 to Gili Air, Rp 5,000 to Gili Meno and Rp 5,500 to Gili Trawangan. Or you can rent a shuttle boat for Rp 88,000 - Rp 105,000 one way. Now you can choose: Gili Air is a very nice place for diving and snorkelling (though all the other gilis have nice underwater views, too), Gili Meno has a bird park, and Gili Trawangan, the biggest among those 3, is the most inhabited, developed island. I always go to Gili Trawangan for 1. I looove the quiet white beach in the day time; 2. I love to party there at night. The other gilis don't have as many restaurants and clubs. But even as the largest gili, it only takes 2 hours to WALK around the island. :)
    There are some daily tours to the other gilis from Trawangan. It costs about Rp 50,000 and you can get a free drink and snorkel and hop in a glass bottom boat to enjoy the three islands and the sea in between from morning till afternoon!
    Accomodations are cheap, too. It costs around Rp 25,000 to Rp 35,000 ($3) for budget homestays, which is NOTHING. But if you want a bit of a luxury, you can always stay at the high class hotels like Vila Ombak hotel for $80 a night (hahaha.. see the difference!). In short, almost everything is cheap in Lombok, but the food. But if you are a westerner, it shouldn't be a problem, either. :P
    FYI: I stayed at Abdi homestay.


    Sunrise in Gili Trawangan


    Sunset in Gili Trawangan


    Lomboknese Women

  • Kuta beach
    Alright, what can I say about this place? Never been there. But it's said to be the most beautiful place in Lombok. But the majority of the visitors and the local people always say that the place is not safe. That's probably cause of the lack of development in that place. So if you want to go there, make sure you have your guide with you, or go with as many friends as possible.
    To get there from the airport: taxi for Rp 120,000. From Senggigi, Rp 100,000 per person for a day tour there (or have a bemo to take you there, for Rp 100,000 per journey). Your choice.
    Now if you have been there, I'll appreciate your sharing concerning the place to me.. so email me here. :) Thanks.

  • Senaru & Rinjani mountain
    If you enjoy trekking, this could be the best place to climb in Indonesia! I've only managed to go to Senaru, by taking an ojek for Rp 30,000 (May, 2005) from Bangsal seaport. It was not the high season in the year so I appeared to be the only tourist there. I didn't feel like staying another night so I left the next day. But I did use my time quite effectively to visit the Sendang Gile waterfalls, Granada villa and a traditional village nearby. (I stayed at Pondok Achita for Rp 25,000 per night)

    Sendang Gile Waterfalls
    is nice. It has 3 waterfalls (I only went to the first one, which was an easy walk, there were stairs and stuff), and the second waterfall is believed to be a sacred place where you can be YOUNGER if you bath there. It has a more amazing view than the first one, my guide said but the walk is rougher and much farther. You can imagine the third one, then. :) Oh, and entrance fee is Rp 5,000.


    Sendang Gile waterfall

    Villa Granada is... nothing but a common villa.. but with a sooo beautiful valley covered by yellow flowers. There are many flowers and plants inside the villa, also a swimmingpool that is not well kept. If you watch the sunrise from this villa you can surely enjoy a quite beautiful scenery.


    View from Granada

    Another view from Granada

    Traditional Village. You can directly feel the word "traditional" here even before you step in the gate. The smell says it. Hehe.. It was a little dull when I visited it, but maybe it's a lot more interesting for foreign tourists who are not familiar with Indonesian tradition. :)


    The traditional village

    Segara Anakan Lake. Half way to the top of Rinjani. To get there you sure need to bring your camping equipment as you'll walk soooo far for a day or two and need to stay the night in the mountain. The walk is hard and slippery in the wet season and a local guide companion IS A MUST! Usually if you go from the Gilis or Senggigi, you're automatically getting a guide, but if not, you can always ask a guide residing in Senaru for it. It's quite expensive to go there from Senggigi. I think it's around Rp 150,000 - Rp 250,000. It's very cold, anyway, so be sure to bring your sweater, jacket, socks and gloves.

  • North Lombok
    From Senggigi or Mataram you can go by motorcycle to these places:

    Gunung Pengsong
    It's less than an hour ride from Senggigi. It has a temple on the top of the hill and the walk is pretty easy. There are stairs to reach the place and you'll be entertained by many monkeys (watch out, some are incredibly naughty) on the way. The view from the top is magnificent! You'll feel like you're floating in the air and seeming to be so near with the clouds! Though a bit calm, I like this place.


    Gunung Pengsong Temple


    Monkeys..

    Suranadi
    Not interesting. It's a forest where a couple of elephants used to live there. Now they were "exported" to Bali and I'll say it's losing it's attraction.

    Etc.
    Ask me via email for this, cause I've written so much already I think my fingers are boneless. Hihihi... If it wasn't because of Nyo, who had been patiently "forcing" me to write here, I might be writing it next year. :) So.. enjoy for now.
For more pictures, visit my gallery.

Wednesday, June 22, 2005

Royal Orchid

Kayaknya ini agak OOT deh alias Out of Topic :P, tapi bagi yang suka ama yang seger-seger tempat ini layak banget dikunjungi. Sebuah tempat penangkaran Tanaman Anggrek, mulai dari persilangan, pembibitan sampai menjadi anggrek yang siap jual. Lokasinya ada di Prigen dan berdiri diatas tanah seluas satu hektar.



Nih tempatnya.... bisa dilihat jelas di sebelah kiri jalan (menuju ke tretes, setelah candi jawi kira-kira 1-2 kilometeran).



Anggrek yang disilangkan ditaruh di dalem botol selama beberapa hari diberi makanan agar-agar dicampur kelapa yang di blender sebagai pengganti tanah.



Anggrek yang "remaja" disusun rapi di dalem pot-pot yang digantungkan, diatas ada kipas angin besar sebagai pembantu penyerbukan bunga secara alami (angin).



Anggrek yang siap jual dengan tunas-tunas bunga kecil yang siap mengembang.

valens