Tuesday, April 10, 2007

Jatiluwih - Tabanan, Bali

Sekejap menjauh dari kota, menghilang dari gedung beton, menikmati hijau dan dinginnya mata air, dan tibalah kami di Jatiluwih.

Jatiluwih adalah satu daerah di Tabanan yang terkenal karena panorama sawahnya yang keren banget. Dikenal juga sebagai daerah lumbung beras. Letaknya sekitar kaki Gunung Batukaru yang banyak dikunjungi masyarakat pada saat upacara keagaamaan. Yaps, di Gunung Batukaru ini terdapat salah satu pura yang terhitung besar.



Dan hari itu kami berangkat dari Denpasar pukul 8.45 pagi. Melewati tengah kota, dan dalam waktu 30 menit sudah tiba di Tabanan. Menyempatkan mampir ke rumah seorang teman untuk menjemput seorang adik kecil *eh kelas 6 SD masih kecil gak yah?* dan lanjut giliran ngepit di rumah untuk mencuri sedikit ransum bekal perjalanan.
Jam 10 pagi kami lanjut berangkat menuju Jatiluwih. Arah perjalanan ke utara sekitar 25 kilometer dari Tabanan. Tidak terlalu jauh kan? Melewati desa Penebel, udara terasa semakin sejuk dengan kanan kirinya sawah dan pohon kelapa.

First stop kami adalah pinggiran sebuah sungai di tengah sawah. Letaknya di pinggir jalan dan saya ingat betul beberapa tahun lalu setiap datang ke Jatiluwih sering nyebur di kali ini. Airnya segerrr banget, dingin seperti air es yang di kulkas. Batu batu di dasar sungai terlihat jelas saking bening airnya. Pengen banget nyemplung, tapi karena sekarang perginya cuma bawa diri aja, terpaksa niat diurungkan sampai batas waktu yang belum ditentukan.



Sekitar 15 menit disungai, kita berangkat lagi menuju sebuah bendungan. Bendungan Yeh Aya Hulu merupakan bendungan yang digunakan untuk mengatur alur air di daerah Jatiluwih ini. Kita turun ke bawah bendungan, dengan rasa yang nyes nyes gitu, dan lutut juga agak gemeter kalo pake nengok ke bawah.

Saat itu air bendungan tidak terlalu tinggi, dan pintu bendungan posisi tertutup. Sempet keluar niat pengen nyoba buka pintu air, tapi takut nanti gak bisa nutup. Ah... niat kan boleh ya? Belom tentu juga dilakuin.

Di bendungan ini kita udah kelaperan dan kita pun buka ransum makan siang. Sate ayam pake lontong. Yummy banget...Gak lupa dessert buah jeruk...



Puas menyalurkan narsis dengan poto poto, kami pindah lagi ke tempat yang lebih jauh, sekitar sekilo dari bendungan. Ketemu sebuah restoran kecil yang punya view asik banget. Tapina kita gak masuk resto itu, cuman nebeng di bale bengongnya aja. Duduk menghadap sawah luas banget dengan latar belakang gunung Batukaru, menghabiskan sisa bekal srikaya sambil baca baca.


Uahhh.....semakin lama kami disini, jadinya makin ngantuk. Apalagi pas banget jamnya tidur siang. Suasana yang sepi, hanya suara angin dan sesekali suara burung sawah. Karena takut bablas ketiduran, akhirnya jam 1.30 siang kita balik lagi ke arah Tabanan.
Diperjalanan, seorang dari kami sempat tertidur diatas motor. Wuehh, tapi untung aja gak pake acara jatoh segala.

Yaps, perjalanan mengusir kebosanan, mengisi hari dengan sedikit tawa. Menyenangkan bukan?

Monday, April 02, 2007

Yogyakarta

Akhir Maret kebetulan ada tanggal merah, Hari Sabtu pengennya ke Jogja dalam rangka liat acara Sekatenan di Keraton Jogja pas Mauludan. Pengen berangkat dari Surabaya naik Bus Patas, tapi mempertimbangkan cuaca yang engga menentu & terminal yang jauhnya amit-amit akhirnya perjalanan dengan Kereta Api adalah keputusan yang cukup baik, tapi dasar sial ternyata jadwal kereta api jam 3 sore, sedangkan kantor tutup jam 4 :(. terpaksa deh kami (Boambang dan aku) numpang kereta jurusan bandung yang berangkat pk. 06.00 sore, tentunya dengan tarif 2 kali lipat karena semua gerbong engga ada bisnisnya alias eksekutif semua.. huks... Ehh... di dalem gerbong ternyata ada kejadian konyol juga, ada tv nyala acara lagu-lagu video klip tapi suaranya ga muncul, dan lagi AC di gerbong kami mati, huaahhh semua pada banyak yang protes tapi ya maklum, apa yang bisa diperbuiat ? terpaksa deh dengan berkeringat dan berpanas ria duduk manis di dalam, piye toh fasilitas pemerintah ini kok ya ga pernah ada yg beres 100%... heran..., di kereta dapat makan malam ternyata, nasi goreng sosis, telur ceplok dan krupuk yg agak mlempem (lagi-lagi protes) hehehe.

Hari pertama engga kemana-mana karena kita tiba di Jogja sudah pk 23.30, jalan kira-kira satu kilometer dari Stasiun Tugu Jogja sambil nggembol tas ransel besar di punggung ala bekpeker menuju ke jalan Sosrowijayan, kami menginap di motel Bladok sesuai dengan saran si Carla via sms malam itu. Tarif semalam yang paling murah Rp. 80.000,- double bed, kamar mandi dalem dan kipas angin (tanpa tv). Motel ini ok banget, meski kamarnya kecil (sekitar 3x3m) tapi bersih, kamar mandinya juga bersih. Yang paling menarik adalah, ternyata di bagian belakang ada kolam renangnya huehuehue.. siapa nyana harga sekian dapet kolam renang.

Hari Kedua, sehabis makan gudeg pincuk di sisi jalan sosrowijayan yang berisi nasi, krecek, telur dan gudeg seharga Rp. 5000,- kami berjalan ke rumah sodara (dapet pinjaman motor gratis). Abis ngobrol2 sama Tante tentang musibah gempa dan angin puting beliung yang ternyata mengerikan banget :(.

Perjalanan pertama ke Candi Borobudur dengan guide Yeriko (adek sepupu). Dari kota Jogja, motor dipacu ke arah Magelang, kira-kira satu jam (rata-rata kecepatan 60-80 km/jam) dah nyampe di area Candi yang super panas, tapi jangan kuatir, di area sana persewaan payung. Tiket masuk dapat dibeli dengan harga Rp. 9000,- plus kamera Rp. 1000,-, total 10.000,- per orang.

gambar : tugu selamat datang (kiri) dan Candi Borobudur dari bawah (kanan)

Candi Borobudur mempunyai sejarah yang unik, tiap tingkat dari tingkat paling bawah sampai ke tingkat paling atas menceritakan perjalanan kehidupan manusia menuju ke kehidupan kekal (muksa).

gambar : patung Budha di foto dari belakang (kiri) dan salah satu penggalan cerita dari dinding Candi (kanan)

Dari Borobudur, perjalanan dilanjutkan makan siang di depan SMU Van Lith (konon terbagus se DIY), makan kupat tahu.. nyam..nyamm.. kemudian ke Keteb Merapi dengan jalannya yang menanjak dan berliku, yakni daerah pemantauan aktivitas Gunung Merapi, tapi sayang karena siang itu mendung banget jadi gunung ketutupan ama kabut tebal alias gunungnya engga keliatan sama sekali, gagal deh melihat lahar yang mustinya keliatan dari pos ini. Nasib sial pula, pas pulang ternyata tutup karburator motor sepupu lepas terpaksa deh itu Honda Ulung di modifikasi ala Macgyver, beli aqua gelas trus dibuat tutupnya biar karburator engga kemasukan air ujan.

gambar : aku dan Bo di candi (kiri) dan Riko lagi berpose ala Macgyver (kanan)

Abis dari Keteb Merapi yang gagal, perjalanan dilanjutkan menuju Taman Sari, di seputar kraton Jogja. Taman Sari adalah tempat peristirahatan Raja dan selir-selirnya yang berjumlah puluhan, bagus banget, cuma sayang sekarang area sekitar sudah dibangun rumah-rumah abdi dalem kraton (rumah ini dulu adalah bekas kolam raksasa yang dibuat sedemikian rupa seperti laut).

gambar : pintu masuk dari depan dan Taman Sari difoto dari atas

Sayang saat kami masuk area sudah tutup, terpaksa nyewa Guide untuk memandu kami muter-muter lewat jalan tikus, beruntung ternyata ada beberapa tempat yang masih buka, antara lain Masjid bawah tanah, terowongan dan puncak menara.

gambar : lorong dan tangga (di seputar Masjid) dan foto Sunset dilihat dari Menara.

Taman Sari ini cukup indah, dan biasa dipakai untuk Foto Model para Fotografer karena tempatnya artistik. Orang jaman dahulu sangat pintar dan semua bangunan ternyata menyimpan sebuah cerita unik tersendiri, sebagai contohnya tangga (foto ditengah) yang bercabang 4 ternyata mempunyai arti sebagai penunjuk arah mata angin. Cerita lain yang unik yang dituturkan Guide adalah, tempat bercinta Raja, yang di dalam kamarnya cuma ada dipan dari semen dan dibawahnya dibuat rongga untuk menyalakan kayu bakar. nah loh.. gak kepanasan ?? "engga" jawab si Guide karena kalau kayubakar dinyalakan otomatis suhu ruang panas dan terjadi perbedaan tekanan udara dalam ruangan dan luar ruangan yang menyebabkan udara akan masuk melalui lubang2 jendela kamar... akibatnya.. kipas angin alami menghembus sepoi-sepoi... wahh kerenn....
Tiket masuk Taman Sari perorang Rp. 7000,- dan Guide ongkosnya sukarela... tapi karena kami kemaren masuk nylonong tanpa tiket (udah tutup) jadi ngasih duit ekstra buat Guidenya plus temennya yang masih ada di dalem lorong yg mau nungguin kita jeprat-jepret.

Abis dari Taman Sari, balik motel, mandi-mandi bentar trus keluar lagi buat mamam Nasi Jaran di deket rumah Oom. Nyam.. enak.... abis itu minum di kedai kopi Lik Man, pesen kopi joss (kopi yang dicemplungin arang yang membara (joss berasal dari suara saat arang dimasukkan ke gelas... jozzzzzz) kemudian muter-muter jalan bentar sambil lihat Motor Harley berlalu lalang, rupanya hari ini ada perkumpulan arley se Indo, ada acara apa gitu di daerah parang tritis... wah keren bok.

Hari ini ga berhasil lihat sekatenan di kraton gara-gara infonya dateng telat :(

Hari Ketiga, bangun pagi mau sarapan di UGM sambil liat orang joging gagal, karena acara misa di Gereja waktunya mepet banget, duh pilih mana ya.. ke UGM atau ke Gereja... ? berhubung orang baik-baik keputusan dipilih ke Gereja hauhauhua.... Minggu Palem soalnya menyambut Paskah, jadi ini momen khusus engga boleh ketinggalan. Ngikutin prosesi selama kurang lebih dua jam sambil mengucap syukur bisa menikmati ini semua.

Pulang Gereja perjalanan menuju Museum Affandi yang terletak di Jl. Laksda Adisucipto 167, arsitektur museum ini menarik, dibangun di tepi tebing dengan model bangunan rumah panggung. Di Area terdapat 3 Galeri yakni Galeri lukisan Affandi yang bernilai 1 - 4 Milyar perbiji, galeri keluarga affandi (lukisan istrinya) dll, dan galeri lukisan affandi yang dijual, ada menara untuk panjat-panjat, mushola kecil, tempat tinggal Affandi dan makamnya Affandi dan istrinya yang terletak di depan rumah.

gambar : Rumah Affandi dari seberang jalan (kiri) dan makam Affandi (kanan)

waktu kami berkunjung ada rombongan anak SMP yang juka ikut datang, yah.. maklum, anak yang masih penasaran dan jahil itu tangannya gatel aja pengen megang itu lukisan dan nyowel-nyowel cat minyaknya yang menyembul.. hiyaahhh deeekkk itu satu lukisan bisa buat biayai kamu sampe lulus sarjana !!!!

gamabr : lukisan potret diri Affandi, tidak dijual (kiri) dan lukisan taman, dijual (kanan)

Dari Galeri Affandi, perjalanan di lanjutkan ke art gallery Sapto Hudoyo yang tempatnya cuma 5 menit dari Affandi. Namun sayang di area ini tidak boleh foto-foto sehingga tidak ada yang bisa ditampilkan disini. Sapto hudoyo adalah art galeri yang terbaik dari segi arsitektur dan penataannya. Banyak barang-barang seni dipajang disini, sebagian untuk koleksi, sebagian lagi untuk di perjual belikan, model bangunannya jawa banget dengan pilar-pilar kayu berplitur dan berukir dan kolam ikan yang besar plus pernik-pernik keris, topeng dll yang di pajang di tembok2. Masuk di art gallery tidak dipungut biaya alias gratis. setelah melihat-lihat kami makan Soto Balung.. duduk di kursi tua berukir ditemani suasana yang tradisional dan artistik.. romantis bok.. sayang pasanganku kok ya lanang.. huks..

Perjalanan terakhir sebelum pulang kami memacu kendaraan ke Candi Prambanan, lama perjalanan 30 Menit dari Sapto Hudoyo (+/- 80-100 km/jam). Sesampai di Candi Prambanan terasa sepi, engga seramai Borobudur, ternyata area masih ditutup karena candi masih dalam perbaikan karena gempa, banyak relief2 yang miring-miring dan rawan jatuh, ya.. demi keselamatan pengunjung memang sebaiknya ditutup. Kami hanya bisa menikmati dari luar saja. Tiket Masuk Rp. 8000,- per orang, Kamera Rp. 1000,- tapi kami lolos dari pemeriksaan kamera hehehe....

gambar : Candi Prambanan yang sudah selesai diperbaiki (kiri) dan candi prambanan yang masih dalam taraf perbaikan (kanan)

note : di area Candi dijual pernik-pernik replika candi, buku sejarah candi, baju, gelang dll (pasar tradisional) dengan harga yang lumayan miring, sepertinya kalau belanja di area ini jauh lebih murah daripada di Malioboro (maklum.. pengunjung lebih fokus ke Candi dari pada blanja)

Reporter Valens, Boambang dan Riko melaporkan dari Kota Jogja... salam petawisata... :)