Petawisata kembali mengunjungi
kota pelajar, pada tanggal 11-13 Juli 2008. Perjalanan kali ini Petawisata mencoba menginap di kawasan para backpackers bule-bule, di "international villages" dengan liputan Malioboro, Benteng Vredeburg, Pusat jajanan Mataram, pasar Beringharjo.
11 Juli 2008 Dari Surabaya, perjalanan ke Jogja dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih tujuh jam. Bus Patas Eka sudah menanti saat kami masuk ke peron terminal Bungurasih jam tujuh pagi. Kebetulan sekali, Bus langsung tancap gas begitu kami naik, jadi engga perlu nunggu lama-lama sampai penumpangnya penuh.
Harga tiket yang harus dibayar enampuluh enam ribu rupiah per orang sudah termasuk lunch di Resto Duta daerah sekitar Ngawi (kalo ga salah). Bus cukup bersih, AC juga berfungsi dengan baik bahkan cenderung over dingin :D. Di bagian depan sebelah kiri ada alat untuk memcahkan kaca jika keadaan darurat, dan di belakang sebelah kanan ada emergency door. Tampaknya kendaraan umum sekarang sudah lumayan memperhatikan keselamatan penumpang juga, bagus dah. Kernet bus juga baik, membantu mengangkat tas penumpang, selalu tersenyum ramah dan memberi informasi2 lengkap yang dibutuhkan.
Pukul 14.30, kami tiba di Jogja, kemudian sewa taxi milik terminal dengan ongkos 40 ribu untuk perjalanan kemanapun dalam lingkup batasan dalam kota, harga ini keknya terlalu mahal mengingat jogja adalah kota yang engga sebrapa luas.
Delta Homestay daerah jalan Prawirotaman adalah tujuan kami untuk bermalam. Beruntung sekali, kami sempat memesan kamar melalui fasilitas online di yogyes.com sebelumnya, karena tempat ini sering fully booked, terutama untuk high season seperti sekarang.
Ternyata benar juga, Prawirotaman memang layak disebut international villages, banyak sekali bule-bule bertebaran di daerah ini, bahkan di penginapanpun kami adalah satu-satunya tamu domestik berambut hitam, yang lain pada blonde semua.
Setelah sampai hotel kami beristirahat sejenak, kemudian sore hari keluar untuk cari makan. Kami keluar motel berjalan kaki menyusuri remang jalan Parangtritis sambil berburu tempat makan yg enak, engga sedikit juga tukang becak menyambut kami menawarkan harga perjalanan murah meriah. “lima ribu mas, muter2 jogja, cari dagadu, bakpia, batik”… bah, lima ribu muter jogja?? Gak mungkin ah, kami engga mengiyakan langsung tawaran itu, mengingat tips yang pernah kami dengar adalah bahwa tukang becak di Jogja sengaja "menjebak" dengan membawa ke tempat batik, bakpia, dll agar dia dapet tips dari tokonya kalau penumpangnya beli, kalaupun kita engga beli maka dia akan minta uang tambahan dengan alasa sudah muter2 gak jelas. ‘mboten pak, mlampah mawon’… itu jawaban singkat dari kami untuk menolaknya. Namun sepertinya tukang becak itu gigih juga, udah hampir 15 menit kami berjalan dia ngikutin terus dari belakang sambil mulut komat-kamit ala marketing… “malioboro mas? Badhe teng pundit toh? Adoh loh… bla…bla…”. Lama-lama kesel juga diikutin, akhirnya kami menyeberang jalan dengan tujuan si tukang becak engga bisa ngikutin lantaran jalan berlawanan arus. Tapi ya tetep aja ternyata, sementara kami jalan dia ngikutin dari seberang… ya amplop, ngeyel amat sih, mau ngajak kuat-kuatan Pak?? Tungguin aja sampe mampus, kami mo maem gudeg dulu hehe…
Pulang dari maem kami berniat ke persewaan motor untuk mempermudah mobilitas ke esokan harinya. Sayang, semua motor sudah dipesan, jadi kami engga kebagian satu pun, namun pemilik persewaan menyarankan untuk ke jalan di gang sebelah yang (katanya) bertebaran persewaan motor disana.
12 Juli 2008
Setelah mumuk dengan nyenyak, keesokan hari kami melanjutkan perjalanan untuk mencari persewaan motor. Ada banyak sekali persewaan, kira2 lima tempat sudah ditanya namun jawaban yang kami dapat selalu sama “motor kosong mas, habis dipesan”. ‘motor engga disewakan sama turis domestic mas, banyak kejadian di embat motornya hilang mereka kapok!!’ celetuk tukang becak. Ah.. ini mah akal-akalan si tukang becak aja biar kita naik becaknya dia. Kami pun cuek dan tetep cari… namun bener juga, tiap tempat yang ditanya selalu kosong. Kemudian flashback, kami mencoba mengingat kejadian kemaren, di depan hotel ada persewaan motor dan katanya semua motor udah di pesan, namun tadi pagi motor2 itu tampak masih tetap ada. Wah, jangan2 si Pak Becak bener inih? Siyal dah… ya udah, naik becak aja yuk ke Malioboro…
Rute dari Prawirotaman ke Malioboro ternyata tidak terlalu jauh, kalau ditempuh jalan kaki kira-kira cuma memerlukan waktu satu jam saja. Ada baiknya kalau jalannya melalui rute Kraton (dari Parangtritis belok kiri ke Mayjen Sutoyo), jadi banyak pemandangan yang dilihat biar gak jenuh, ada alun-alun, Taman Sari dan Kraton itu sendiri.
gbr : pasar beringharjo, malioboro, tempat oleh2 di mataram
Di Malioboro kami mengunjungi Pasar Beringhardjo, pasar ini tempat orang kulakan daster, baby doll, celana yang hampir semuanya bermotif batik. Pasar ternyata rameeee banget, kami Cuma masuk sebentar kemudian keluar, engga tahan dengan hiruk pikuknya. Setelah itu kami menyusuri malioboro dan berbelanja batik, belanja di Malioboro perlu ekstra hati-hati, barang yang ditawarkan biasanya berharga tiga atau empat kalio lebih mahal, jadi jangan sungkan-sungkan untuk menawar. Kami saat itu tertarik dengan mainan yang terbuat dari kayu....
“Mbak beli brapa itu?”,
‘sepuluh ribu mas, kalo yang diatas itu tiga belas ribu, bapaknya minta lima belas awalnya’ jawab seorang pembeli…
Beberapa saa kemudian kami kembali ke tempat itu lagi dan berniat ingin membeli…
“niki pinten pak?” ‘selangkung’.. (dua puluh lima ribu)
Nah loh… belom ada satu jam udah naik hampir tiga kali lipat. Dari Malioboro, kami blusukan ke dalam gang di sebelah hotel Mutiara, gang tersebut tembus ke jalan Mataram, tempat orang jualan makanan kecil khas jogja. Ada geplak, bakpia, jenang, wajik, intip dan lain-lain... wah, beli.. beli.. buat oleh-oleh..
Selain menyusuri Malioboro kami mampir ke benteng Vredeburg, benteng ini benteng peninggalan jaman Belanda, letaknya di ujung jalan Malioboro.
gbr : pintu masuk benteng, halaman depan, ruang diorama
Tiket masuk engga mahal, cukup 750 rupiah per orang, murah kan? :). Di dalam ada Diorama, Museum sejarah benteng didirikan dan beberapa ruangan lain yang saat kami kunjungi saat itu masih tutup (ato memang ga pernah dibuka? :p). Ruang diorama menurut kami keren sekali, banyak peristiwa jaman dahulu yang digambarkan dalam bentuk lukisan tiga dimensi dengan perspektif yang indah pula.
13 Juli 2008
Hari terakhir, duh.. sedih rasanya harus meninggalkan Jogja, masih banyak tempat yang ingin kami kunjungi, namun kami harus kembali lagi ke peradaban. Hari ini kami engga kemana-mana, cuma cari sarapan, beberes dan ngobrol2 menghabiskan waktu sambil nunggu jam untuk check out. Engga lupa juga foto2 mengabadikan motel yang murah meriah bernuansa alami ini :)
gbr : teras depan kamar, pintu masuk ke area penginapan, kolam renang
Penginapan di motel ini cukup menarik, dengan 130rb sudah dapet kamar yang bersih full AC dan kamar mandi dalem. Kalau mau yg lebih murah lagi ada yang dibawah seratus ribu, engga pakai AC dan joint bathroom, tapi jangan kuatir, kamar mandinya dijamin bersih kinclong.
gbr : petawisata contributors
Tips :
- hati-hati dengan penawaran becak/ojek murah dengan iming-iming lima ribu muter2 Jogja
- di Jogja sekarang ada fasilitas bus Trans Jogja yg bersih, manfaatkan semaksimal mungkin
- tawar barang di Malioboro paling engga 1/3 dari harga yg diberikan
- di Mirota batik (di Malioboro) tersedia peta jogja gratis buat panduan jalan-jalan
- selalu tanya harga makanan jika masuk area lesehan, kebanyakan menu tanpa harga dan menjebak
Sampai jumpa Jogja, kami akan kembali lagi dalam liputan yang lebih lengkap dan menarik ;)...
* Salut buat bus Eka semoga tetep dipertahankan pelayanannya…
* terimakasih untuk Pak Dedy yg bantu untuk booking di Delta
* Terimakasih untuk hadiahnya yang terlalu awal :p, partner traveling yang paling berkesan… lain kali kita lanjutkan lagi berburu tengleng di kota Jogja... masih penasaran 'rek... :)